Hari ini hari Sabtu, Rey datang pagi-pagi ke sekolahnya, karena
harus mengumpulkan tugas fisika yang sudah agak terlambat ke ruang guru
sebelum wali kelasnya itu datang, pria berkacamata itu memang sering
terlambat mengumpul tugas, apalagi tugas fisika, setelah berhasil
melakukan ‘penyelundupan’ tugas, Rey cepat-cepat menuju ruang kelasnya.
“Hai, Erika! Wah rajin ya, pagi-pagi begini sudah belajar.” Ucap Rey yang baru saja masuk ke ruang kelas.
Erika hanya diam saja, ia sedang memandang foto seorang pria yang tampaknya memiliki memori yang dalam di hatinya.
“Hei, Erika? Kamu tidur ya??” Ucap Rey lagi dengan agak kesal karena tegurannya tidak mendapat respon dari Erika.
“Oh,
Rey, maaf tadi aku tidak mendengarkan.” Ucap Erika dengan tenang
seperti baru saja terbangun dari mimpinya dan buru-buru menyembunyikan
foto itu kembali ke dalam dompetnya.
Rey duduk disamping tempat duduk Erika dan ikut melihat apa yang dilakukan olehnya, dilihatnya buku kumpulan cerpen ada disitu.
“Haha, ku kira kamu lagi belajar. Rupanya baca cerpen ini ya??” Ucap Rey sambil tertawa.
“Hmm.. Iya, lagipula hari ini tidak ada mata pelajaran yang sulit ‘kan?” Ucap Erika sambil tersenyum ke arah Rey.
“Haha..
Memang bagi kamu mata pelajaran hari ini tidak ada yang susah, tapi
kalau aku, baru mendengar kata ‘fis’ dari ‘fisika’ saja sudah membuatku
pusing, whew.” Keluh Rey.
“Tumben kamu datang pagi?” Tanya Erika.
“Hehe.. Maklum, harus ‘menyelundupkan’ tugas dulu..” Ucap Rey.
“Hehe, Rey, kamu tidak takut ketahuan apa?” Canda Erika sambil tertawa.
Selang berapa lama mereka mengobrol, datang sesosok pria dengan senyum lebar di bibirnya menuju ke arah Erika.
“Hai, cantik! Waah, pagi-pagi begini sudah belajar, ya?” Ucapnya.
“Duuh, Alex ya.. Tolong jangan panggil aku dengan sebutan cantik ya.” Ucap Erika dengan ketus.
“Haha.. Iya iya maaf..” Ucap Alex sambil sekali lagi tersenyum ke arah Erika, lalu menuju ke tempat duduk nya.
“Hmm, Alex.. Pantang menyerah sekali ya dia?” Ucap Rey sambil tersenyum kepada Erika.
Alex
memang teman Erika semenjak dari SMP dulu, dan sudah bukan menjadi
rahasia lagi kalau sebenarnya Alex jatuh cinta kepada Erika dan terus
mengejarnya semenjak dari SMP. Namun dibalik semua itu, dan memang masih
menjadi rahasia, Rey yang menjadi sahabat Erika saat di SMA kini pun
memiliki rasa yang sama seperti Alex.
***
Sepulang sekolah, Alex menemui Erika di depan gerbang sekolah, karena biasanya Erika menunggu jemputan disitu.
“Hai, can.. Oh, maaf, Erika, hmm, besok kamu senggang?” Tanya Alex.
“Kita jalan-jalan, yuk.” Ajak Alex.
“Hmm, aku masih tidak tahu, karena besok pagi aku harus ke rumah Rey untuk mengerjakan tugas kelompok.” Ucap Erika.
“Tidak apa, biar aku tunggu dan nanti langsung aku jemput ke rumah Rey, bagaimana?” Ucap Alex lagi.
Nampaknya
Alex memaksa sekali ingin mengajak Erika pergi bersamanya, Erika yang
karena tidak enak menolak ajakan Alex pun menyetujuinya.
***
Keesokan
siangnya, Alex pergi ke rumah Rey dengan menunggang sepeda motornya
untuk menemui Erika. Dan kebetulan mereka sudah menyelesaikan tugas
kelompok dan Erika memang menunggu Alex dari tadi.
“Wah, sudah menunggu ya? Maaf ya agak terlambat.” Ucap Alex pada Erika.
Rey menatap Alex dengan terkejut dan mata curiga.
“Huh? Alex ya? Ku dengar Erika mau pergi dengan seseorang, rupanya kamu ya??” Ujarnya sambil tertawa.
“Kenapa nada bicaramu seperti itu? Memangnya aku ini jenis pria yang berbahaya ya??” Protes Alex.
“Aku tidak bisa bilang kalau kamu juga pria yang ‘aman’.” Ujar Rey lagi.
“Ah, sudahlah, jangan berdebat lagi, jadi pergi tidak?” Tanya Erika kepada Alex.
“Iya iya, yuk naik.” Ujar Alex sambil menyalakan mesin sepeda motornya.
“Sampai jumpa, Rey.” Ucap Erika.
“Ya, hei, Alex, hati-hati, jaga Erika baik-baik.” Ucap Rey.
“Ok! Pergi dulu, Rey.” Ucap Alex sambil pergi bersama Erika.
Alex
mengajak Erika pergi ke salah satu mall di daerah sana, mereka pergi
nonton ke bioskop, makan bersama di restaurant, dan lainnya. Mungkin
sama hal nya seperti kencan bagi Alex, namun Erika berpendapat lain, ia
pun mau di ajak pergi hanya karena tidak enak menolak ajakan Alex
kemarin.
Tiba saatnya mereka harus pulang, karena hari sudah hampir malam.
“Hei,
Erika, kalungnya bagus sekali ya? Dapat dari mana?” Tanya Alex yang
memang semenjak tadi memperhatikan kalung yang dipakai Erika, tidak ada
yang special dari kalungnya, mungkin hanya liontin kalungnya yang
bertuliskan ‘E.N.D’ yang telihat unik.
“Hm? Oh, ini pemberian dari seorang pria yang pernah mengisi hatiku yang sudah meninggal 2 tahun yang lalu…” Ucap Erika pelan.
“Wah, maaf ya Erika.. Aku tidak bermaksud..” Ucap Alex pada Erika.
“Ya, tidak apa, kenapa kamu tiba-tiba tertarik pada kalung ini?” Tanya Erika heran.
Tidak heran, semenjak SMP hingga sekarang Erika tidak pernah mengenakan kalung itu ke sekolah.
“Hm.. Tidak, hanya saja sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana ya..? Boleh aku lihat sebentar?” Tanya Alex.
Erika
melepaskan kalung yang dikenakannya dan memberikannya pada Alex. Alex
pun mencoba memutar kembali memori nya dimana ia pernah melihat liontin
kalung itu sebelumnya.
“Copeeett!!” Tiba-tiba ada seorang ibu muda yang berteriak minta tolong karena ada pencopet yang baru saja mencuri tas nya.
Dan
tak disangka-sangka, pencopet yang sedang berlari dengan sekuat tenaga
itu menabrak dan menerobos Erika dan Alex, sehingga membuat Erika
terjatuh dan kalung yang berada di genggaman tangan Alex terlepas,
kalung itu terjatuh di pinggir selokan disitu, Alex berusaha secepatnya
memungut kalung itu kembali, sialnya, para pengunjung lain datang
berlarian mengejar pencopet yang melarikan diri tadi, dan hasilnya,
kalung yang sangat berharga bagi Erika itu pun masuk ke dalam selokan
disitu, akibat terinjak-injak kaki orang-orang yang memang tidak
disengaja itu.
“Oh, tidak.. Kalungnya..” Ucap Alex pelan sekali, bahkan hampir tidak kedengaran suara sedikitpun.
Erika
langsung menuju ke selokan disitu, mencoba memasukkan tangannya di
celah-celah selokan yang memang sangat sempit dan mencari kalung yang
sangat berharga baginya itu.
“Erika…” Ucap Alex.
Erika menangis, seperti baru saja kehilangan penopang hidupnya, hingga Alex mendekatinya dan mencoba menghiburnya.
“Erika, sudahlah… Biar aku yang mencarinya nanti..” Ucap Alex.
“SUDAHLAH!?
KALAU SAJA KAMU TIDAK MEMINTAKU UNTUK MELEPAS KALUNGNYA, SEMUA INI
TIDAK MUNGKIN TERJADI! KINI SATU-SATUNYA PENINGGALAN DAVID SUDAH HILANG!
SEMUA GARA-GARA KAMU! AKU BENCI PADAMU! AKU TIDAK INGIN MELIHATMU
LAGI! PERGIII!!” Bentak Erika sambil pergi meninggalkan Alex. Erika
memanggil taxi, dan pergi meninggalkan Alex begitu saja.
“David…?” Ucap Alex heran.
Nama itu mengingatkan dirinya kepada seseorang, seseorang yang tak asing, bahkan sangat dekat dengannya.
Malam
harinya, hujan, Alex masih tetap disitu, mencari cara bagaimana
mengambil kalung itu kembali dari selokan itu, namun hasilnya nihil,
celah selokan disitu pun sangat sempit, lagipula arus air yang mengalir
diselokan itu cukup deras, entah kalung itu sudah terbawa arus atau
belum.
“Wah, gawat.. Bagaimana nih..” Ucap Alex bingung.
“Hei,
masih disini?? tidak ada gunanya juga kamu mencarinya lagi, selokannya
tidak bisa dibuka ‘kan?” Ucap seseorang dibelakang Alex.
Rupanya
itu Rey, ia tersenyum, sambil memberikan payung kecil kepada Alex yang
telah basah kuyub. Rey lalu mengajak Alex ke cafe terbuka disana. Rey
memesan minuman hangat untuk mereka berdua kepada pelayan.
“Hmm… Rey…” Ujar Alex.
“Yaa,
Erika sudah cerita semuanya, tadi dia ke rumah ku.” Ujar Rey. “Lalu,
aku harus bagaimana??” Ucap Alex dengan nada bicara seperti orang yang
sangat kesusahan.
“Tampaknya Erika sedih sekali, aku pun akan bingung kalau jadi kamu, mau tidak mau harus bertanggung jawab.. Hmmm…” Ucap Rey.
“Rey, kamu menyukai Erika kan?” Tanya Alex.
“Huh? Kenapa bertanya seperti itu?? Sudahlah, bukan saatnya membicarakan masalah itu.” Ucap Rey.
“Kalung
itu, dulunya milik kakakku.. Pantas saja aku seperti pernah
melihatnya, saat itu aku dan Erika masih SMP, dan kami masih belum
saling mengenal satu sama lain.. Kakakku tinggal bersama paman dan bibi
di sini, sedangkan di tempat lain aku ikut dengan ayah dan ibu,
makanya aku jarang bertemu dengan kakak.. Barulah ketika ke rumah paman
dan bibi aku bisa bertemu dengan kakak. Saat itu kakakku berkata bahwa
ia baru saja punya pacar, dan membuatkan liontin kalung sebagai hadiah
untuk perempuan itu. Namun sial… Kakakku meninggal dunia karena
kecelakaan lalu lintas sepulang dari rumah perempuan itu… Tak kusangka…
Perempuan itu adalah Erika, karena memang sebelumnya aku tidak pernah
melihat pacar kakak, dan saat pemakaman kakak pun ia tidak datang..
Kalung yang diberikan kakak pun tidak pernah ia kenakan ke sekolah..
Aku baru sadar ketika Erika menyebut nama kakakku.. David.. Jadi itu
arti liontin itu, ‘E.N.D’… Erika N David…” Cerita Alex panjang lebar
kepada Rey dengan nada sedih.
“Benarkah..? Aku pun baru tahu..
Erika tidak pernah menceritakannya kepada ku… Hei, Alex… Jangan
bersedih begitu.. Kamu juga menyukai Erika ‘kan? Kamu harus bisa
membahagiakannya, jangan buat kakakmu bersedih disana..” Ucap Rey
dengan tenang.
“Tapi.. Rey..” Ucap Alex.
“Sudahlah.. Aku masih bisa terus menjadi sahabatnya.. Lagipula, kamu yang pertama menyukainya ‘kan..” Ucap Rey sambil tersenyum.
“Aku
punya ide.. Kamu masih bisa mengganti kalung itu.. Buatkan saja ia
kalung baru.. Sama seperti milik kakakmu waktu itu, toh kamu masih ingat
modelnya ‘kan?” Lanjut Rey.
“Aah! Iya! Kenapa tidak terpikir
dari tadi! Rey, terima kasih, mungkin kalau kamu tidak datang, aku
masih kebingungan duduk-duduk didekat selokan disitu.” Ucap Alex
berseri-seri.
“Haha.. Baru sifat asli kamu bisa keluar sekarang..” Ujar Rey sambil tertawa.
“Ya
sudah, aku akan memesan liontin itu sekarang, supaya lebih cepat
selesainya nanti.” Ucap Alex sambil berlari mengambil sepeda motornya.
“Hei, mau ku temani?” ucap Rey setengah berteriak.
“Tidak perlu, kamu bayarkan minumannya saja, hahaha!” Balas Alex sambil pergi dengan sepeda motornya.
***
Keesokan harinya disekolah.
“Yo! Alex, Bagaimana?” Tanya Rey sambil menghampiri tempat duduk Alex.
“Yaah… Kata nya butuh 5 hari untuk membuat kalungnya.” Keluh Alex.
“Hmm.. Ya sudah sabar saja..” Ucap Rey tenang.
“Berarti 5 hari lagi juga Erika tidak berteguran dengan ku!” Keluh Alex lagi.
“Hahaha, iya nanti aku akan coba bujuk Erika.” Ucap Rey sambil beranjak dari kursi.
“Rey, sekali lagi terima kasih.” Ucap Alex.
“Ya. Tenang saja.” Ucap Rey sambil tersenyum.
Rey menghampiri tempat duduk Erika.
“Hai, Erika!” Sapa Rey.
“Ya.. Ada apa Rey?” Ucap Erika tenang.
“Tentang Alex…” Belum selesai Rey bicara, Erika sudah menyahut.
“Aku tidak ingin membicarakan tentang dia lagi!” Ucap Erika dengan nada cuek.
“Dengarkan
dulu Erika... Dia ‘kan tidak sengaja membuat kalung itu hilang? Apa
dia patut kamu musuhi sedangkan dia saja tidak bermaksud
menghilangkannya?? Erika… Percaya atau tidak, Alex adalah adiknya
David… Apa kamu tidak mau membahagiakan arwah David disana?? Dia bahkan
mau berkorban ingin membuatkanmu kembali kalung yang sama.. Apa
pengorbanannya masih belum cukup bagimu??” Ucap Rey meyakinkan Erika.
Erika sedikit terkejut mendengar kata-kata Rey, namun ia masih diam saja dan pura-pura tidak mendengarkan kata-kata Rey.
“Erika!” Ucap Rey sedikit nyaring.
***
Sepulang dari sekolah Erika pergi ke rumah Rey.
“Erika?” Ucap Rey heran.
Erika menangis dan memeluk tubuh Rey. Rey pun mencoba menenangkannya dengan mengajaknya duduk di ruang tamu.
“Rey...
Kamu tidak tahu betapa aku kehilangan David pada hari itu… Maka nya
aku begitu merasa kehilangan ketika kalung pemberian darinya hilang,
aku seperti kehilangan cahaya dihatiku, Rey…” Ucapnya tersedu-sedu.
“Aku
mengerti Rika… Tapi itu tidak berarti kamu kehilangan segalanya ‘kan..
Dan itupun bukan berarti kamu boleh membenci Alex… Apa kamu tidak
lihat bagaimana usaha yang dilakukan Alex hanya untuk kamu… Semuanya
untuk membahagiakan kamu…” Ucap Rey.
Erika semakin menangis tersedu-sedu. Cukup lama Rey mencoba menenangkan tangis kesedihannya.
“5
hari dari sekarang, Alex akan memberikanmu kalung yang sama seperti
milik kakaknya dulu… Kamu harus meminta maaf kepada Alex secepatnya…
Jangan biarkan dia terus merasa bersalah… Ya?” Tanya Rey pada Erika.
Erika mengangguk perlahan.
***
5 hari kemudian, malam hari, Rey dan Erika menunggu Alex di rumah Rey.
“Rey,
aku benar-benar tidak menyangka kalau Alex adalah adiknya David,
pantas saja, aku seperti melihat bayang-bayang David apabila menatap
Alex.” Ucap Erika pada Rey.
“Yah, kamu bisa bertanya selengkapnya pada Alex ketika dia datang nanti.” Ucap Rey sambil tersenyum.
“Ya, semoga dia lekas datang.” Ucap Erika.
Sementara
itu, Alex telah mengambil kalung yang telah dipesannya 5 hari yang
lalu, dan sedang dalam perjalanan menuju rumah Rey dengan sepeda
motornya, di tengah perjalanan ia kembali melihat dan mengamati kalung
itu.
‘Wah… Benar-benar mirip sekali kalungnya, seperti milik kakak dulu, ku harap Erika akan senang...’ Batin Alex sambil tersenyum.
Tiba di perempatan jalan, tiba-tiba ada mobil dengan kecepatan tinggi dari sebelah kanan jalan menuju kearahnya…
‘Braaakkkkkkk!!!’
-continued-
*cerpen lengkapnya insya allah bakal d muat d koran kompas...doain ajah ya jak :D
np# http://youtu.be/SNJD-FyruVg